PEMBERIAN PENDAMPING MAKANAN ASI
(Mp – Asi )
Usia 0 - 24 bulan merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk
tumbuh kembang optimal. (Depkes RI, 2010). Untuk mencapai tumbuh kembang
optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, World
Health Organization (WHO) merekomendasikan empat hal penting yang harus
dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu
30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja
atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP- ASI) sejak bayi berusia
6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2012).[1]
1.
Cara
Penyajian MP-ASI
Berdasarkan wawancara dan
observasi di lapangan ditemukan bahwa konsistensi pemberian makanan pada usia
enam bulan adalah bubur yang dibuat dari nasi yang dicampur dengan pisang dan
bubur bayi produk industri (biskuit, cerelac dan sun) yang diberikan dalam
bentuk encer. Beberapa anak usia lebih besar menyukai makanan yang berkuah dan
beberapa anak lebih menyukai makanan tanpa kuah. Perbedaan kekentalan makanan
akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan energi anak. Bubur yang encer dan makanan
yang berkuah mengandung lebih banyak air sehingga membuat anak lebih cepat
kenyang dan anak tidak dapat menghabiskan makanannya. Meskipun didalam bubur
terdapat makanan bergizi, tetapi hanya sedikit yang dikonsumsi anak yang
artinya hanya sedikit yang terserap dalam tubuh anak. Akibatnya anak tidak
memperoleh cukup asupan energi yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan (Kemenkes
RI, 2011). MP-ASI dapat dibuat menjadi tinggi energidan kaya zat gizi dengan
menambahkan sedikit air sehingga bubur yang dibuat adalah bubur yang kental dan
menambahkan sedikit minyak atau lemak. Penambahan sedikit minyak atau lemak
membuat bubur lebih kental, lebih lembut, mudah dimakan dan memberikan tambahan
energi. Bubur yang kental akan dapat memenuhi kebutuhan energi anak karena
bubur yang kental tidak mengandung banyak air dan tidak membuat anak cepat
kenyang sehingga anak mampu menghabiskan semua bubur. Oleh karena itu kebutuhan
energinya terpenuhi (Kemenkes RI, 2011).
2.
Teknik
dan Strategi Pemberian MP-ASI
Berdasarkan Dalam praktik
pemberian makan, berikan makanan kepada anak secara perlahan dan sabar, bujuk
dan jangan dipaksa. Hal yang dapat dilakukan agar anak dapat menghabiskan
makanan sesuai kebutuhannya, ibu dapat mencoba campuran berbagai bahan makanan,
rasa dan tekstur agar anak menyukai makanan tersebut.Saat menyuapi anak, tunggu
sampai anak berhenti mengunyah dan suapi lagi setelah beberapa saat, beri
makanan yang sudah dipotong kecil sehingga anak dapat belajar memegang dan
makan sendiri, kurangi kemungkinan gangguan yang mungkin muncul bila anak cepat
merasa bosan dengan makan, usahakan tetap dampingi anak selama makan dan
berikan perhatian penuh.
3.
Cara
Berkomunikasi dan Ungkapan Perasaan
Kegiatan makan merupakan
proses belajar anak dan kesempatan menerima kasih sayang. Dalam proses
pemberian makan hal yang utama adalah menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga anak tidak hanya mampu menghabiskan makannya, namun juga merasa aman
dan gembira. Ketika ibu berbicara dan menatap anak dengan penuh kasih sayang,
hubungan emosional ibu dengan anak akan semakin dekat. Oleh karena itu, saat
pemberian makan berikan perhatian dan tanggapan positif kepada anak disertai
senyum, kontak mata dan kata-kata yang menyemangati. Sehingga kegiatan makan
merupakan kegiatan yang menyenangkan yang akan memberikan dampak positif
terhadap asupan gizi anak.
Keamanan Pangan Dalam
Pembuatan MP- ASI
Keamanan pangan adalah kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan tiga cemaran,
yaitu cemaran fisik, biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi (BPOM,
2004).[2]
https://www.generasimaju.co.id/articles/Oct%202022/tanda%20bayi%20siap%20mpasi%206%20bulan.jpg
Hasil analisis pada Tabel 7
menunjukkan proporsi praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat, relatif hampir
sama menurut umur ibu, tetapi pada ibu rumah tangga lebih tinggi (77,8%)
dibandingkan ibu yang bekerja (67,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, proporsi
ibu dengan praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat ditemukan lebih tinggi
pada ibu berpendidikan rendah (≤SD) dibandingkan dengan pendidikan SLTP, SLTA,
dan Diploma/Sarjana. Ibu dengan pendidikan SLTA, SLTP, dan ≤SD berisiko lebih
tinggi mempunyai praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat (OR=4,25, OR=3,26
dan OR=3,02) dibandingkan ibu dengan pendidikan Diploma/Sarjana.[3]
https://www.emc.id/files/CarePlus/2022/Mei-1/MPASI%202.jpg
Makanan pendamping ASI (MP-ASI)
adalah makanan yang diberikan kepada anak bersamaan dengan ASI, MP- ASI sendiri
bersifat untuk melengkapi ASI, bukan untuk menggantikan ASI dan ASI tetap harus
diberikan sampai usia 2 tahun diikuti pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan.Usia
pemberian MP-ASI berpengaruh terhadap kejadian stunting, karena anak hanya
membutuhkan ASI saja hingga usia 6 bulan, namun >6 bulan ASI saja tidak
cukup untuk membantu tumbuh kembang yang optimal. Hubungan bermakna didapatkan
pada pemberian MP-ASI dini terhadap kejadian stunting yaitu nilai p=0,000.
Hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya yang dilaksanakan Teshome,
Margawati yang menyatakan bahwa anak yang MP-ASI pada usia <4 bulan
mengalami stunting.[4]
Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan terbaik dan alamiah untuk bayi (Depkes RI, 2005:1). ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. Selama itu
bayi tidak mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk,
air teh, madu, air putih dan tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang,
biskuit, bubur susu, bubur nasi tim, dan sebagainya (Suradi, 2007:3). Selain
itu ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, berisi semua nutrien dalam
perbandingan ideal yang dibutuhkan oleh bayi (Wiryo, 2002:111). Pengganti Air
Susu Ibu (PASI) adalah
makanan bayi yang secara
tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi serta pertumbuhan dan perkembangan bayi
sampai berumur antara 4 dan 6 bulan (Soetjiningsih, 1997:182). PASI umumnya
berupa susu formula, merupakan makanan bayi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
untuk pertumbuhan dan perkembangan.[5]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Aripin, Siti Madanijah, Cesilia Meti Dwiriani, and
Risatianti Kolopaking, ‘Pengetahuan, Sikap, Motivasi Ibu, Dan Praktik Pemberian
MP-ASI Pada Anak Usia 6-23 Bulan: Studi Formatif Di Aceh’, Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 16.1 (2019), 1
<https://doi.org/10.22146/ijcn.34560>
Amperaningsih, Yuliati, Siska Aulia Sari, and Agung Aji
Perdana, ‘Pola Pemberian MP-ASI Pada Balita Usia 6-24 Bulan’, Jurnal
Kesehatan, 9.2 (2018), 310 <https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.757>
Heryanto, Eko, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini’, Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2.2 (2017), 141–52 <https://doi.org/10.30604/jika.v2i2.56>
Prihutama, Noverian Yoshua, Farid Agung Rahmadi, and
Galuh Hardaningsih, ‘Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Sebagai Faktor
Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun’, Diponegoro Medical
Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7.2 (2018), 12
<http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico>
Yogi, Etiak Desi, ‘Pengaruh Pola Pemberian ASI Dan Pola
Makanan Pendamping ASI Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan’, Jurnal
Delima Harapan, 2.1 (2014), 14–18
<http://akbidharapanmulya.ac.id/atm/konten/editor/samples/jurnal/file_jurnal/t_12.pdf>
https://www.emc.id/files/CarePlus/2022/Mei-1/MPASI%202.jpgDI
akses pada kamis,23 november 2023 jam 12:01
https://www.generasimaju.co.id/articles/Oct%202022/tanda%20bayi%20siap%20mpasi%206%20bulan.jpgDi
akses pada kamis,23 November 2023 jam 11:50
https://o-cdn-cas.sirclocdn.com/parenting/images/Mpasi-Pertama-Hero_Tg3DSQy.width
800.format-webp.webp Diakses pada kamis,23 November 2023 jam 11:40
[1] Eko Heryanto, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini’, Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 2.2 (2017), 141–52
<https://doi.org/10.30604/jika.v2i2.56>.
[2] Yuliati Amperaningsih, Siska Aulia Sari, and Agung Aji Perdana, ‘Pola
Pemberian MP-ASI Pada Balita Usia 6-24 Bulan’, Jurnal Kesehatan, 9.2 (2018), 310
<https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.757>.
[3] Aripin Ahmad and others, ‘Pengetahuan, Sikap, Motivasi Ibu, Dan Praktik
Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 6-23 Bulan: Studi Formatif Di Aceh’, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 16.1
(2019), 1 <https://doi.org/10.22146/ijcn.34560>.
[4] Noverian Yoshua Prihutama, Farid Agung Rahmadi, and Galuh Hardaningsih,
‘Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 2-3 Tahun’, Diponegoro
Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7.2 (2018), 12
<http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico>.
[5] Etiak Desi Yogi, ‘Pengaruh Pola Pemberian ASI Dan Pola Makanan Pendamping
ASI Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan’, Jurnal Delima Harapan, 2.1 (2014), 14–18
<http://akbidharapanmulya.ac.id/atm/konten/editor/samples/jurnal/file_jurnal/t_12.pdf>.
Komentar
Posting Komentar